PENGERTIAN KEJUJURAN
Arti
jujur
Jujur
jika diartikan secara baku adalah "mengakui, berkata atau memberikan suatu
informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran". Dalam praktek dan
penerapannya, secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari
ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan
kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku dan harafiah
maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau
tidak mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat
dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau
lainnya.
Kenapa
harus jujur?
Saya
sering mendengar orang tua menasehati anak supaya harus menjadi orang yang
jujur. Dalam mendidik dan memotivasi supaya seorang anak menjadi orang yang
jujur, kerap kali dikemukakan bahwa menjadi orang jujur itu sangat baik, akan
dipercaya orang, akan disayang orang tua, dan bahkan mungkin sering dikatakan
bahwa kalau jujur akan disayang/dikasihi oleh Tuhan. Tapi setelah mencoba
merenungkan dan menyelami permasalahan kejujuran ini, saya masih merasa tidak
mengerti: "Kenapa jadi orang harus jujur?"
Umumnya
jawaban yang saya dapat adalah bahwa kejujuran adalah hal yang sangat baik dan
positif, dan kadang saya juga mendapat jawaban bahwa "Pokoknya jadi orang
harus jujur!"
Jawaban-jawaban
tersebut sampai saat ini memang sudah saya anggap "benar", tapi saya
masih selalu tergelitik untuk terus mempertanyakan: "Kenapa orang harus
jujur? Apakah baik dan positifnya? Lalu bagaimana juga jika dikaitkan dengan
proses Siu Tao ( ) kita?"
Bagaimana
bersikap jujur
Selain
pertanyaan - pertanyaan diatas, selanjutnya dalam benak saya timbul pertanyaan:
" Bagaimanakah kejujuran itu dapat dipraktekkan dalam sehari-hari?"
- Apakah kita sama sekali tidak boleh berbohong?
- Dan mungkinkah kita selalu jujur dalam kehidupan sehari-hari ini?
- Ataukah masih ada toleransi bagi kita untuk berbohong dalam hal-hal tertentu atau demi kepentingan tertentu?
Nah,
sekali lagi saya mengajak para pembaca untuk merenungkannya bersama!
Contoh
yang "Lucu" (dibaca: tidak jujur)
Dalam
kehidupan sehari-hari, saya sering melihat (bahkan juga ikut terlibat) dalam
berbagai macam bentuk aktivitas interaksi sosial dimasyarakat, yang justru
kebanyakannya adalah wujud realisasi dari sikap tidak jujur dalam skala yang
sangat bervariasi, seperti:
Sering
terjadi, orang tua bereaksi spontan saat melihat anaknya terjatuh dan berkata
"Oh, tidak apa-apa! Anak pintar, enggak sakit, kok! Jangan nangis,
yach!".
Menurut
saya, dalam hal ini secara tidak langsung si-anak diajarkan dan dilatih
kemampuan untuk dapat "berbohong", menutup-nutupi perasaannya (sakit)
hanya karena suatu kepentingan (supaya tidak menangis).
Selain
itu saya juga sering melihat dan mengalami kejadian seperti: Saat seseorang
bertamu kerumah orang lain, ketika ditanya: " Sudah makan, belum?",
walaupun saya yakin tawaran sang tuan rumah "serius" biasanya dengan
cepat saya akan menjawab "Oh, sudah!! Kita baru saja makan ", padahal
sebenarnya saya belum makan.
Dalam
lingkungan usaha / dagang, kejujuran sering disebut-sebut sebagai modal yang
penting untuk mendapatkan kepercayaan. Akan tetapi sangat kontroversial dan
lucunya kok dalam setiap transaksi dagang itulah justru banyak sekali
kebohongan yang terjadi. Sebuah contoh saja: penjual yang mengatakan bahwa dia
menjual barang "tanpa untung" atau "bahkan rugi" hampir
bisa diyakini pasti bohong.
- Nah, jika demikian, lalu dimanakah letaknya kejujuran itu?
- Atau bagaimanakah kejujuran yang dimaksud tersebut dapat diaplikasikan dalam dunia sehari-hari?
Pernah
saya mencoba meyakinkan diri bahwa saya memang sudah "Jujur", tapi
kemudian akhirnya saya kesulitan menjawab pertanyaan: "Apakah saya tidak
membohongi diri sendiri?"
Lalu
bagaimanakah sebenarnya? Nah, semoga para pembaca budiman bisa memberikan
jawabannya (tentunya jawaban yang jujur , lho!).
Sumber
: http://vanyarachell.blogspot.com/2012/06/pengertian-kejujuran.html
0 komentar:
Posting Komentar